JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit malaria sudah semakin resisten (kebal) terhadap obat-obat yang biasa digunakan masyarakat seperti Klorokuin, Primakuin, dan Sulfadoksin-Pirimetamin sehingga pemakaiannya sudah dihentikan.
"Obat-obatan malaria ini sejak 1990-an sudah mulai resisten karena pemakaian terus-menerus, sekarang sudah tidak dianjurkan dan kami hentikan," kata Staf Subdit Malaria Kementerian Kesehatan Minerva Theodora di sela-sela Diskusi Panel Penanggulangan dan Penatalaksanaan Malaria di Jakarta, Kamis (22/4/2010) kemarin.
Ia menyesalkan obat-obatan tersebut masih ada di pasaran dan dijual bebas karena obat tersebut sudah tak ada lagi fungsinya dan kalaupun bisa menyembuhkan, hanya sementara.
"Obat-obatan malaria sudah diganti dengan Terapi Kombinasi berbasis Artemisinin (ACT) bagi penderita yang positif sediaan darahnya terdapat Plasmodium baik falsiparum, vivax, ovale atau campurannya," katanya.
Karena itu, tegasnya, setiap orang dengan gejala malaria harus diperiksa sediaan darahnya untuk memastikan apakah di dalam darahnya terdapat parasit malaria (plasmodium), jadi tidak asal makan obat saja.
Setelah positif, baru diberi terapi kombinasi antara lain kombinasi antara artesunat dan amodiaquine, artesunat dan lumefrantine, artesunat dan piperquine serta dihidroartemisinin dan piperquine.
"Kombinasi selain untuk menyembuhkan, ditujukan untuk mencegah resistensi terhadap artemisinin," ujarnya.
Sedangkan untuk penderita malaria berat atau dengan komplikasi, maka diberikan obat anti malaria berupa injeksi artemeter atau injeksi artesunat sampai pasien bisa minum obat berupa tablet ACT.
Orang yang terkena gejala malaria akan demam, menggigil, berkeringat, dan bisa disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina itu akan mengakibatkan anemia karena rusaknya sel-sel darah merah dan menyebabkan koma, kegagalan multi organ hingga kematian.
Sejumlah provinsi di Indonesia masih merupakan endemis tinggi malaria (di atas lima kasus per 1.000 penduduk) yaitu Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur.
SURVEILAN PENYAKIT MENULAR
LABEL
- Artikel (19)
- Galeri (1)
- Laporan (5)
- Peta Wilayah (1)
- Profil Puskesmas (2)
- Target Yang Akan Datang (1)
- Visi dan Misi (1)
ARSIP
Pengikut
Malaria Makin Kebal terhadap Obat
Diposting oleh
PUSKESMAS RAJADESA
Label: Artikel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
12 komentar:
Terimakasih informasinya sangat bermanfaat dan membantu..
Obat Kista
karena kerap mendapatkan obat pembasmi mislkan poging memungkinkan nyamuk terbiasa terhadap obat.
waaduh ini tidak boleh dibiarin ni, harus segera lakukan untuk mengantisipasinya
mengobati maag
mungkin juga karena dosis obat yang digunakan tersebut membuat malaria jadi kebal. Seperti halnya manusia jika mengalami masalah yang sama tentunya akan terbiasa dengan masalah tersebut.
waduh menakutkan banget ya si malaria
obat tipes herbal
ini harus segera mendapatkan solusinya, sebelum memakan banyak korban
obat kanker payudara herbal
senang sekali saya bisa berkunjung disini, Alhmdllh jadi nambah banyak pengetahuan
obat-tradisionalasamurat.blogspot.com
obatipesherbal.wordpress.com
info menarik..tks
pokonamah sumanget terus ameh kuring jadi gury gury ennyoy haha
Warga terkena Wabah DBD, Hasil dari Rumah sakit jelas sudah Positif DBD.
MOHON SEGERA MELAKUKAN PENANGGULANGAN LINGKUNGAN DARI WABAH DBD
SUDAH SAMPAI MANA PUSKESMAS RAJADESA MENANGANI WABAD DBD DI RAJADESA ??????????????????
MOHON SECEPATNYA UNTUK MENANGANI
terimaksaih informasinya, semoga puskesmas rajadesa semakin maju
Posting Komentar